Minggu, 12 Juni 2016

Berkurangnya Sumber Daya Air, Solusi Air Bersih



Kelangkaan air adalah minimnya jumlah air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah. Kelangkaan air telah mempengaruhi setiap benua kecuali Antartika, dan sekitar 2.8 miliar manusia hidup di daerah yang mengalami kelangkaan air setidaknya sebulan dalam setahun. Lebih dari 1.2 miliar manusia memiliki akses terhadap air minum yang tidak mencukupi.


Kelangkaan air secara fisik dan ekonomi
Kelangkaan air secara fisik adalah kondisi di mana sumber daya air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan suatu wilayah atau negara, termasuk air untuk memenuhi kebutuhan pelestarian ekologi. Kondisi ini juga terjadi di wilayah di mana air terdapat dalam jumlah yang banyak namun dipompa secara berlebihan untuk kebutuhan lain seperti irigasi. Gejala yang memperlihatkan kelangkaan air fisik mencakup degradasi lingkungan dan turunnya tinggi muka air tanah.
Kelangkaan air secara ekonomi disebabkan oleh kurangnya investasi di infrastruktur dan teknologi untuk menyediakan air bagi kebutuhan manusia. Adanya manusia yang masih mencari air dari tempat yang jauh merupakan salah satu tanda adanya kelangkaan air secara ekonomi.
Efek kelangkaan air bagi lingkungan

Kelangkaan air memiliki berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan air yang berlebih terkait erat dengan kasus kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan peningkatan kadar garam tanah, pencemaran nutrisi, hilangnya rawa, dan penyusutan tepi sungai. Seama lebih dari seratus tahun yang lalu, lebih dari setengah lahan basah di bumi telah hilang. Lahan basah seperti rawa dan tepi sungai merupakan habitat yang penting bagi mamalia, burung, ikan, amfibi, dan invertebrata, juga bagi manusia karena berbagai jenis lahan pertanian (seperti sawah) dibangun di atas lahan basah. Lahan basah juga berfungsi sebagai penyaring air dan perlindungan dari banjir. Laut Aral merupakan contoh kasus di mana kelangkaan air akibat irigasi berlebihan menyebabkan suplai air ke lokasi ini terhenti, menyebabkan hilangnya 58 ribu kilometer persegi perairan, dan salinisasi tanah terjadi sepanjang tiga dekade terakhir.
http://kompasmuda.com/2016/03/22/5-cara-mudah-menghemat-air-di-rumah/
 
Berkurangnya sumber daya air

Selain air permukaan seperti sungai dan danau, sumber air tawar lain seperti air tanah dan gletser telah menjadi sumber air masyarakat yang dapat diperhitungkan. Air tanah adalah air yang terkumpul di bawah permukaan tanah dan dapat digunakan melalui sumur atau mata air. Air tanah terkumpul di lapisan yang disebut dengan akuifer. Gletser menyediakan air tawar setelah meleleh. Gletser menyuplai air bagi danau dan sungai di berbagai tempat di dunia. Karena pertumbuhan populasi manusia yang eksponensial menyebabkan jumlah air yang digunakan dari kedua sumber ini juga meningkat.
 Air tanah

Air tanah sebelum abad ke 20 merupakan sumber air yang jarang digunakan. Pada tahun 1960an, penggunaan air tanah terus meningkat. Perubahan pengetahuan, teknologi, dan pembiayaan memfokuskan pengembangan pada usaha ekstraksi air tanah. Pertanian juga mulai menggunakan air tanah sebagai sumber air irigasi dan mampu memperluas usaha produksi pangan hingga ke daerah yang kering. Air tanah kini menyediakan air minum bagi setengah populasi dunia. Sejumlah besar air yang tersimpan di bawah tanah di sebagian besar akuifer memiliki kapasitas penyangga (buffer) sehingga dapat diambil dengan batasan jumlah tertentu di musim kering tanpa menyebabkan masalah.

Hingga tahun 2010 rata-rata air tanah yang diambil sebanyak 1000 km kubik per tahun dengan 67% digunakan di irigasi dan 11% untuk kebutuhan industri. Negara dengan tingkat ekstraksi air tanah terbesar adalah India, China, Amerika Serikat, Pakistan, Iran, Bangladesh, Meksiko, Arab Saudi, Indonesia, dan Italia dengan total 72% dari seluruh air tanah yang diserap. Air tanah menjadi sumber air yang penting untuk kehidupan manusia dan ketahanan pangan bagi 1.2 hingga 1.5 miliar jiwa manusia di Afrika dan Asia.

Gletser
 

Gletser diketahui merupakan sumber air yang cukup penting bagi berbagai sungai di dunia. Peningkatan temperatur global telah memperlihatkan dampaknya di seluruh dinia dengan berkurangnya cadangan air di dalam gletser ini dan laju pelelehan yang lebih tinggi dibandingkan laju pengembaliannya. Meski pelelehan gletser yang terjadi saat ini telah meningkatkan jumlah suplai air permukaan, namun hilangnya gletser membahayakan ketersediaan air secara jangka panjang pada masa depan. Pelelehan gletser secara berlebihan juga dapat menyebabkan banjir hingga meruntuhkan bendungan.


Post by IG: @waterpluspure


Tidak ada komentar:

Posting Komentar